Kriteria sperma Normal atau Normozoospermia
Cara Membaca Hasil Tes Sperma Oligozoospermia, Asthenozoospermia, Teratozoospermia dan Azoospermia di beberapa laboratorium seperti prodia, prahita, pramita, limijati, morula, lab cito dll.
 |
Proses Pemeriksaan atau Tes Sperma |
Hasil tes sperma setiap lab berbeda-beda, sebab setaiap laboratorium memiliki parameter dan nilai rujukan yang berbeda-beda pula. Dibawah ini kami akan informasikan parameter apa saa yang biasanya ada pada hasil tes sperma. Simak dibawah ini :
 |
Tes Lab Analisa Sperma Lab.Prahita |
Analisis sperma adalah salah satu pemeriksaan awal yang dilakukan pada kasus infertilitas pria. Masalah pada sperma pria terdapat pada lebih dari 1/3 pasangan infertil di indonesia.
ANALISA/ TES SPERMA
Pemeriksaan tes lab Analisis sperma mencakup : volume jumlah sperma, waktu mencairnya (likuifaksi), jumlah sel sperma per mililiter (mml), gerakan sperma (motilitas), PH, jumlah sel darah putih (leukosit) dan kesimpulannya.
 |
Contoh Hasil Tes Sperma Lab.Prodia |
Hasil dari pemeriksaan analisis sperma bisa menetukan apakah ada masalah reproduksi atau ketidak suburan pada pria (infertilitas).
 |
Kesan Pada Hasil Tes Sperma |
BIAYA PEMERIKSAAN ATAU TES SPERMA
Biaya pemeriksaan tes sperma tahun 2019 bervariasi, rata-rata antara kisaran Rp. 350.000,- s/d Rp. 400.000,-
analisa sperma bisa dilakukan dirumah sakit atau laboratorium, seperti Prodia, Pramita, Cito, Prahita, Bio Medika, Bio Test, Limjati, Niki Diagnostic Center, Kimia Farma, Caya Laboratorium, Lab Klinik Sentra Medika, Harapan Sehat dll.
Dari hasil tes sperma bisa menyimpulkan beberapa gambaran masalah pada organ reproduksi yang menjadi penyebab ketidak suburan seorang pria.
Pemeriksaan analisis sperma atau tes sperma merupakan pemeriksaan dasar untuk mendiagnosis masalah ketidak suburan pria dan mungkin akan menjadi sarana rujukan untuk pemeriksaan lanjutan untuk mendapatkan hasil lebih spesifik tentang masalah terkait organ reproduksi seperti tes hormon FsH, LH, Testoteron, Prolaktin serta USG Testis bila diperlukan.
PERSIAPAN
SYARAT SEBELUM PEMERIKSAN
Syarat dalam melakukan pemeriksaan analisis/ tes sperma yaitu sebelum dilakukan pengambilan sampel sperma, seorang pria harus melakukan abstinen/tidak mengeluarkan sperma/ ejakulasi 2 - 7 hari sebelumnya.
Hal ini bertujuan agar sperma yang diperiksa adalah sperma yang dalam kondisi paling oke. Jangan kelamaan, karena jika sampai 1-2 minggu maka justru sperma jadi kurang aktif. Di samping itu juga harus menghindari rokok dan konsumsi alkohol.
CARA PENGUMPULAN SEMEN
Sample diambil tentunya dengan cara ejakulasi. Bisa dilakukan di lab atau di rumah / tempat lain dan membawanya dalam waktu tertentu ke lab.
1). MASTURBASI
Cara paling sering adalah dengan masturbasi dan ditampung ke dalam wadah sampel. Cara ini bisa dilakukan sendiri atau dibantu oleh pasangan (sah) dengan mengajak pasangan ke ruang pengumpulan semen.
2). COITUS INTERRUPTUS
Cara lain adalah dengan senggama terputus (coitus interruptus), saat akan ejakulasi, Penis dicabut dan di arahkan ke wadah sampel. Sedangkan cara lainnya adalah dengan sampling dengan kondom (lewat senggama), dengan catatan kondom khusus. (kondom biasa harus di cuci dulu agar lubrikannya gak membunuh sperma).
Jika sampel diambil dirumah, maka sudah harus sampai di lab dalam waktu 30 menit. Hindari sampel dari terkena sinar matahari langsung dan jangan terlalu panas/terlalu dingin. Jika udara dingin, simpan wadah penampungnya menempel di tubuh(dalam kantung jaket dll agar hangat). Jangan masukkanb kedalam lemari es. Agar hasil pemeriksaan lebih oke, dialkukan analisa 2-3 kali dengan hari yang berbeda dalam waktu 3 bulan.
PARAMETER
 |
Pemeriksaan Makroskopis |
VOLUME
VOLUME |
NORMAL |
ABNORMAL |
1,5 s.d 6,5 mL |
< 1,5 mL |
Sesuai standar dari WHO, volume semen normal berkisar (2-5 mL). Apabila dibawah 2 mL disebabkan pasien saat melakukan ejakulasi dalam kondisi tidak rileks, sehingga menyebabkan semen yang dikeluarkan sedikit.
Cairan sperma yang baik adalah kental dan tidak cair atau encer. Jika cairan sperma yang keluar kurang dari 1,5 mL maka volume sperma sedikit dan membuat ejakulasi menjadi kering (Lidyana et al, 2013).
WARNA
WARNA |
NORMAL |
ABNORMAL |
Putih kanji atau keabuan |
Kuning, Merah, Coklat |
Pemeriksaan warna cairan sperma adalah pemeriksaan kekeruhan , sperma yang normal akan berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan.
Jika cairan semen berwarna kemerahan, maka diperlukan pemeriksaan lanjutan untuk menentukan penyebab dari warna kemerahan tersebut. Penyebab umum warna kemerahan dari sperma adalah sebab eritrosit (darah) pada cairan semen, ini bisa disebabkan oleh sumbatan saluran kencing atau infeksi. Sedangkan jika warna sperma menjadi kuning, bisa jadi disebabkan oleh infeksi di saluran kencing (Lidyana et al, 2013).
LIKUIFAKSI
LIKUIFAKSI |
NORMAL |
ABNORMAL |
< 60 Menit |
Lebih dari 60 Menit |
Waktu likuifaksi atau pencairan yang lama bisa merupakan tanda infeksi. namun mesti dilihat apakah Leukosit nya tinggi atau tidak. Bila sperma tidak mencair setelah 60 menit maka dapt mengganggu motilitas spermatozoa, sebab biasanya viskositas cairan semen abnormal.
Bila setelah 60 menit belum mencair dan kadar leukosit normal, kecurigaan kelenjar prostat ada gangguan (seminin kurang baik). Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin tidak mempunyai coagulum oleh karena saluran pada kelenjar vesica seminalis buntu atau memang tidak mempunyai vesika seminalis.
JUMLAH SPERMA
KONSENTRASI |
NORMAL |
ABNORMAL |
15 Juta/mL |
< 15 Juta/mL |
JUMLAH TOTAL |
NORMAL |
ABNORMAL |
39 Juta/Ejakulasi |
< 39 Juta/Ejakulasi |
Jumlah yang rendah kurang dari 15 Juta/mL sulit untuk bisa membuahi biasanya dokter menyarankan bayi tabung.
**Hanya sedikit sekali cairan mani yang terdiri dari sel sperma, sekitar 95% dari cairan mani adalah cairan yang dikeluarkan oleh prostat atau vesikula seminalis. Untuk mengetahui kesehatan sel sperma, diperlukan analisis cairan sperma. Analisis sperma dilakukan dengan mengamati cairan sperma dibawah mikroskop. Sperma yang sehat haruslah cukup banyak, yaitu dalam 1 ml mengandung minimal 15-20 juta sel sperma, dan untuk jumlah sperma total minimal 39 juta/ejakulasi. Karena terdapat sel selain sperma maka harus di tentukan estimasi jumlah agar nanti saat pengenceran tidak keliru dalam mengambil sampel dan larutannya.
MORFOLOGI
MORFOLOGI (BENTUK SPERMA) |
NORMAL |
ABNORMAL |
Minimal 4 % |
< 4% |
Sperma yang mayoritas tidak normal bentuknya disebut Teratozoopsermia. Bila bentuk abnormal meningkat maka fertilitas berkurang.
Jumlah morfologi rendah masih bisa menghamili secara normal dengan peluang 10% (baca lebih detail : Morfologi Sperma Abnormal). akan tetapi biasanya terjadi
kehamilan BO / BlightOvum / keguguran janin pada usia janin kurang dari 12 minggu sebab janin tidak berkembang.
 |
Blight Ovum sebab morfologi sperma abnormal |
Hal ini disebabkan karena DNA sperma tidak bagus atau kelainan kromosom sperma. (Baca : Pemeriksaan Kromosom atau HALO Test Sperma)
TIPE MORFOLOGI SPERMA ABNORMAL
1). HEAD DEFECTS
2). MIDPIECE DEFECTS
3). TAIL DEFECTS
Keterangan detail :
MORFOLOGI SPERMA ABNORMAL |
TYPE |
KETERANGAN |
PIRI |
Spermatozoa yang mempunyai kepala yangg memberi gambaran tetesan air mata dengan ujung yang menitik pada midpiece / berbetuk buah pear.
|
LEPTO |
Kepala spermatozooa kurus, lebar ½ dari normal, akrosom tak jelas, memberi gambran seperti cerutu.
|
TERATO / AMORPHOUS |
Bentuk kepala yang rusak, permukaan tak rata misal seprti gitar, kacang tanah dll, tdk jelas batas akrosom nya.
|
MACRO |
<
Kepala spermatozoa yang berbetuk oval tetapi ukurannya 25% lebih besar dari kepala sperma normal.
|
MIKRO |
Kepala spermatozoa yang berbentuk oval, tetapi ukurannya 25% lebih kecil dari kepala sperma normal.
|
DOUBLE |
Spermatozoa yang mempunyai kepala lebih dari satu (Ganda)
|
TAIL DEFECTS |
Spermatozoa yg mempunyai ekor pendek (<9x panjang kepala), ekor bentuk spiral/koil, atau ekor ganda.
|
MIDPIECE DEFECTS |
Spermatozoa dengan midpiece gemuk (>1/2 lebar kepala), panjangnya < 2x panjang kepala dan tidak 1 garis dengan sumbu panjang kepala.
|
CYTOPLASMIC DROPLET |
Tetesan sitoplasma yang menempel pada kepala atau midpiece.
|
Faktor yang mempengaruhi perubahan morfologi adalah fungsi testis, semakin banyak bentuk kepala sperma yang normal berarti fungsi tesis baik.
Penelitian Wibisono (1997) mendapatkan korelasi antara bentuk-bentuk kepala mikro, makro, taper, kelainan bentuk akrosom dan atau gabungannya berkaitan dengan adanya varikokel. Pria dengan jumlah sperma normal, tetapi pada motilitas dan atau morfologi banyak yang tidak normal, ini disebabkan oleh penyebab yang diketahui seperti : varikokel, infeksi kelenjar aksesori atau kogenital akan mempunyai kemungkinan kehamilan alami pada pasangan 40 % lebih rendah daripada penyebab yang tidak diketahui (idiopatik) (Schill et al, 2006).
MOTILITAS
MOTILITAS (PERGERAKAN SPERMA) |
NORMAL |
ABNORMAL |
A = 32% |
A = < 32% |
A + B = 50% |
A + B = < 50% |
Immotile < 40% |
Immotil lebih dari 40% |
Bergerak cepat (A+B 50%) atau standarisasi saat ini A (progresif) minimal 32% sperma bergerak cepat maju ke depan dan sperma tidak bergerak (immotile) harus kurang dari 40%.
Jika sebagian besar geraknya tidak normal akan menyebabkan masalah fertilitas. Ini juga mempersulit kehamilan. sebab sel sperma sulit bertemu dengan sel telur untuk pembuahan.
PH
PH |
NORMAL |
ABNORMAL |
7,2 - 7,8 |
< 7,2 (Asam) dan Lebih dari 7,8 (SANGAT BASA) |
PH sperma diperiksa dengan menggunakan kertas pH segera setalu proses likuifaksi sperma.
PH sperma tinggi terlalu basa diatas 7,8 bisa karena sperma terlalu lama disimpan dan tidak segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak ( terinfeksi oleh kuman gram negatif) atau kondisi metabolisme tubuh terlalu basa akibat adanya infeksi bakteri atau virus. Contoh pH Terlalu Basa pH 7,9 / pH 8,0 /pH 8,1 / pH 8,2 / pH 8,3 s.d pH 9,0
PH sperma rendah atau asam kurang dari 7,2 terjadi karena peradangan yang kronis dari kelenjar prostat, duktus ejakulasi tersumbat, mungkin juga karena kelenjar prostat kecil, Epididimis, vesika seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil, buntu dan atau rusak. Contoh pH Asam pH 7,1 / pH 7,0 / pH6,9 / pH 6,8 / pH 6,7 / pH 6,6 / pH 6,5 s.d pH 6,0
Pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma mencair karena akan mempengaruhi pH sperma. Juga bisa karena sperma terlalu lama disimpan dan tidak segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak ( terinfeksi oleh kuman gram (-), mungkin juga karena kelenjar prostatkecil, buntu, dan sebagainya. pH yang rendah terjadi karena peradangan yang kronis dari kelenjar prostat, Epididimis,vesika seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil, buntu dan rusak (Wein et al, 2012).
Selengkapnya : Penyebab PH Sperma Rendah Dan tinggi
LEUKOSIT
NORMAL : dibawah 1 juta /ml atau < 3/lbp
Tidak ada sel darah putih atau bakteri.
ABNORMAL : diatas 1 juta /ml atau 3/lbp
Bakteri dan sel darah putih yg banyak menunjukkan adanya infeksi.
Leukosit (sel darah putih) juga di laporkan per lapang pandang seperti halnya dalam sedimen urin, misalnya 3 – 8 perlapang pandang. Jumlah lekosit yang besar diatas 1 juta/mL dan diatas 3 /lpb erat hubunganya dengan infeksi organ – organ spermiogenesis.
Selengkapnya : Leukospermia (Infeksi Pada Semen
FRUKTOSA
NORMAL
Kadar Fruktosa sperma normal : 120 – 450 mg/dl
ABNORMAL
Tidak adanya fruktosa memperlihatkan gangguan pada vesikula seminalis atau penyumbatan pada duktus ejakulasi. Kadar fruktosa berkorelasi degan kadar testoteron dalam tubuh.
Pemeriksaan kimia terbatas pada perhitungan kadar fruktosa, nilai normal fruktosa. Fruktosa tersebut berasal dari vesiculze Seminalis
Cara pemeriksaan Fruktosa :
Regensia :
- Larurtan Ba(OH)2 0,3N
- Larutan Zn SO4 0,175M
- Larutan Resorcinol 0,1% dalam 100ml alkhohol 95%.
- Standar fruktosa stock 50 mg fruktosa larut dalam 100 ml asam benzoat 0,2 %
- Standar fruktosa 1 ml standar fruktosa stock diencerkan dengan H2O 100ml.
- Konsentrasi 200 mg fruktosa / dalam mani.
Prosedur Kerja
- Lakukan diproteinsasi mani yang akan diperiksa dengan terlebih dahulu mengencerkan 0.1 ml mani dengan 2.9 ml air. Kemudian tambah 0.5 ml larutan Ba(OH)2 campur tambahan 0.5 ml Zn SO4. kemudian dicentrifuqe.
- Sediakan 3 tabung , satu tabung Tt (test) S (standar) dan B (banko). Tabung T diisi 2 ml cairan pada langkah 1. Tabung S diisi 2 ml sebagai fruktosa dan Tabung B diisi 2 ml aquadest
- Ketiga tabung ditambah masing - masing 2 ml recorcinol dan 6 ml HCl
- Campur isi tabung, panasi dalam weter bath 900 C selama 10 menit
- Baca aboubusi T terhadap S pada 490 mm dengan spektrofotometer
- Hitung kadar fruktosa dengan rumus AT / AS x 200 = mg/dl
Fruktosa berasal dari vesicula seminalis. Selain dipengaruhi oleh kadar testoteron dalam tubuh, kadar fruktosa juga dipengaruhi oleh proses proses dalam vasekula seminalis dan duktus ejakulasi. Kadar fruktosa menurun pada hipoplasia dan radang vesicula seminalis, penyumbatan partial ductus ejakulasi.
AGLUTINASI
NORMAL : Negatif (-) dan Positif satu (+)
ABNORMAL : Positif dua (++) terjadi penempelan sperma, indikasi bisa mengarah ke alergi sperma atau ASA Tinggi. Untuk mengetahui lebih detail butuh pemeriksaan MAR Test
VIABILITAS
NORMAL : > 58% - 75%
ABNORMAL : < 58 % menandakan banyak sperma yang tidak bergerak tersebut didapati mati atau ketahanan hidup sperma rendah setelah pencairan semen.
Viabilitas (vitalitas) sperma harus dinilai jika persentase sperma motil progresif rendah, misalnya, 30 - 40%. Karena sel motil secara inheren layak dilakukan penilaian. Penilaian kelayakan mungkin tidak diperlukan bila motilitas sperma progresif tinggi diatas 50%. Tes ini penting untuk menentukan apakah spermatozoa non-motil tersebut hidup atau mati.
 |
Viabilitas sperma hidup tidak ada noda |
Persentase spermatozoa hidup ditentukan dengan mengidentifikasi sperma dengan membran sel utuh
(baca artikel : Pemeriksaan HOS Test Sperma). Hal ini biasanya dilakukan dengan menggunakan metode pengecualian dye mana dye memasuki non-vital (mati) sel karena membran plasma yang rusak. Oleh karena itu, sel-sel yang layak tidak akan muncul bernoda, tetapi sel non-layak akan mengambil noda.
Pengujian kelayakan harus dilakukan sesegera mungkin setelah pencairan. Untuk menilai kelayakan, menempatkan setetes mani pada slide. Tambahkan volume yang sama dari noda vital seperti biru tripan. Tutup dengan kaca penutup. Memungkinkan warna untuk mengembangkan selama beberapa menit, tetapi tidak lebih dari 5 menit. Menghitung 100 sel (baik sel motil dan non-motil) pada masing-masing 2 slide. Selama penghitungan, membedakan antara sel unstained (hidup) dan sel bernoda (non-living).
Metode pewarnaan yang umum digunakan lain Eosin-nigrosin. Keuntungan untuk noda ini adalah bahwa slide permanen dapat dibuat dan nigrosin menyediakan latar belakang gelap untuk pengakuan lebih mudah, sel-sel non-bernoda layak. Sperma non-layak memiliki kepala merah atau gelap-merah muda dan sperma layak memiliki kepala putih atau samar-merah muda, seperti yang ditunjukkan pada gambar di sebelah kanan.
Jika pengujian viabilitas tidak dilakukan di laboratorium dan persentase motilitas rendah dalam hasil tes (misalnya, kurang dari 30 - 40%), komentar harus ditambahkan ke laporan bahwa motilitas menurun mungkin hasil dari non-layak atau non sperma - motile.
Kondom tidak dianjurkan utk menampung sperma karena zat-zat pada permukaan karet berpengaruh terhadap viabilitas dan pergerakan spermatozoa.
KESIMPULAN :
Jika ditemukan jumlah sperma yang rendah atau tingginya abnormalitas, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti pengukuran kadar hormon: testosteron, luteinizing hormone (LH), follicle-stimulating hormone (FSH), atau hormon prolaktin. Juga dilakukan biopsi testis (zakar) dalam kondisi yang sangat ekstrim (steril misalnya).
Faktor-faktor yang bisa mempengaruhi akurasi pemeriksaan :
- Obat2an (Cimetidine, sulfasalazine, nitrofurantoin)
- Kafein, alkohol, kokain, marijuana, dan merokok
KESIMPULAN ISTILAH PADA HASIL TES SPERMA |
Normozoospermia : Normal Spermatozooa
|
Oligozoospermia : Konsentrasi dan Jumlah sperma yang diproduksi sedikit
|
Extreme Oligozoospermia : Jumlah sperma sangat sedikit kurang dari 5 juta sperma/ejakulasi
|
OligoAsthenozoospermia : Jumlah sperma sedikit dan pergerakan sperma lambat
|
OligoTeratozoospermia : Jumlah sperma sedikit dan kelainan pada bentuk sperma
|
Asthenozoospermia : Pergerakan sperma lambat
|
AsthenoTeratozoospermia : Kelainan pada bentuk sperma dan pergerakan sperma lambat
|
Teratozoospermia : Kelainan pada bentuk atau morfologi sperma
|
Polizoospermia : Jumlah sperma diatas 250 juta/mL
|
Leukospermia : Cairan semen mengandung leukosit tinggi
|
Cryptozoospermia : Jumlah sperma kurang dari 100 ribu per mililiter
|
Nekrozoospermia : Bila sperma yang ditemukan tidak ada yang hidup
|
Azoospermia : Tidak ditemukan spermatozooa dalam cairan semen
|
|
OligoAsthenoTeratozoospermia : Jumlah sperma sedikit, pergerakan sperma lambat dan bentuk sperma tidak normal.
|
Penurunan kesuburan identik dengan peningkatan suhu testis, mungkin saja Anda terindikasi
gejala varikokel
KONSULTASI VIA WHATSAPP
Untuk konsultasi dengan terapis kami silahkan klink tombol di bawah ini, anda akan dialihkan secara otomatis ke aplikasi whatsapp. Silahkan isi format yang muncul di kolom chat whatsapp anda. Terimakasih
TENTANG PENULIS
Yudha Nugraha, Akp, C.Herb adalah Akupunkturis, Herbalis, Penulis buku dan praktisi kesehatan holistik dari tahun 2009 dibidang infertilitas pria dan program hamil yang berpengalaman lebih dari 10 tahun. Konsultasi Reproduksi dan Infertilitas Pria via WhatsApp
08970329298
Lulu Nurjannah, Amd.Keb, Akp, C.Herb adalah Bidan, Akupunkturis, Herbalis, Penulis buku dan praktisi kesehatan holistik dibidang infertilitas wanita dan program hamil yang berpengalaman lebih dari 5 tahun. Konsultasi Reproduksi dan Infertilitas Wanita via WhatsApp
08970329296
Legalitas usaha, BRAND IMAGE, dan sertifikat keahlian dapat dilihat dihalaman
TENTANG KAMI