Cara mengobati Asthenozoospermia dengan Aglutinasi Positif berdasarkan pengalaman pasien yang kami tangani di Klinik Holistik Elif Medika.
 |
Asthenospermia |
Pengobatan asthenozoospermia dengan aglutinasi positif umumnya memakan waktu 1 sampai 2 bulan pengobatan. Ini tergantung berat-ringannya motilitas sperma progresif dan berat ringannya Grade aglutinasi positif nya serta apakah ada komplikasi alergi sperma pada istri atau tidak. Jika ternyata memang ada komplikasi alergi sperma pada istri maka pengobatan berlangsung sampai 3 bulan.
Tujuan dari pengobatan berlangsung sampai tiga bulan untuk suami-istri ini agar Apabila terjadi kehamilan nanti perkembangan janin sehat sampai proses persalinan dan menghindari resiko terjadi "blight ovum" janin tidak berkembang akibat ASA Tinggi (Alergi Sperma).
ASTHENOSOOSPERMIA, AGLUTINASI POSITIF
Asthenozoospermia adalah kondisi subfertil dengan motilitas sperma progresif (bergerak lurus cepat) kurang dari 32%.
 |
Asthenozoospermia : Motilitas Normal Vs Motilitas Lambat |
Lebih lengkap apa itu Asthenozoospermia, bisa dilihat disini :
Penjelasan lengkap Asthenozoospermia
Sedangkan
Aglutinasi Positif adalah terjadinya penempelan sperma atau auto-aglutinasi yang umumnya disebabkan oleh antibodi antisperma sehingga membuat sperma menjadi menggumpal.
 |
Aglutinasi Positif Sperma : Grade 1, Grade 2 dan Grade 3 |
Asthenozoospermia dengan aglutinasi positif ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Seperti pada gambar diatas aglutinasi positif ini merupakan kondisi yang membuat sperma saling menempel antara satu sama lainnya dan dibagi dalam beberapa grade atau tingkatan.
Aglutinasi sperma normalnya adalah negatif dan grade 1 masih dianggap normal yang berarti. Jika "negatif" tidak ada pengaruh penempelan sperma yang menyebabkan motilitas sperma menurun sedangkan "grade 1" penempelan sperma kurang dari 10% atau kurang dari 10 spermatozooa/lp.
Aglutinasi sperma dianggap tidak normal apabila tingkat aglutinasi atau penempelan sperma ini masuk grade 2 dan grade 3. Ini berarti ada penempelan sperma kurang dari 30% untuk grade 2 dan kurang dari 50% untuk Grade 3. Semakin tinggi grade aglutinasi positif maka semakin banyak sperma saling menempel. Ini berkolerasi dengan semakin banyak sperma yang menggumpal. Perhatikan contoh gambar dibawah ini :
 |
Tingkat Penggumpalan Sperma : Aglutinasi Positif |
Pada contoh gambar diatas semakin tinggi tingkat penggumpalan sperma maka akan semakin banyak sperma yang saling menempel. Sperma yang menggumpal ini jelas mempengaruhi nilai motilitas pergerakan sperma pada hasil analisa sperma. Jika pada hasil analisa sperma ditemukan aglutinasi positif 2/3 dengan diikuti pergerakan sperma progresif atau sperma yang bergerak lurus cepat sedikit maka bisa jadi aglutinasi positif inilah yang menyebabkan terjadinya asthenozoospermia.
PENYEBAB
Penyebab aglutinasi positif pada sperma ini yang paling umum karena peningkatan kadar leukosit pada cairan semen. Peningkatan kadar leukosit (sel darah putih/antibodi) ini merupakan indikator adanya kultur bakteri pada semen atau adanya infeksi baik itu pada saluran maupun pada organ reproduksi.
Namun pada beberapa kasus yang saya temukan justru kadar leukosit pada cairan semen pasien menunjukkan nilai normal yang ini kecurigaan besar mengarah adanya alergi sperma atau yang disebut dengan ASA Tinggi.
Perlindungan imunologis terhadap antigen sperma dilindungi oleh sel sertoli yang membentuk penghalang testis darah. Spermatozoon membangkitkan respons antibody ketika terpapar ke sistem pertahanan antibodi sistemik dalam kondisi di mana penghalang ini terganggu, yang mengarah ke pembentukan antibodi antisperma (ASA). ASA tertentu memiliki efek sitotoksik pada spermatozoa dan dapat menyebabkan kematian sel dan imobilisasi sel sperma. Efek lain dari ASA termasuk membuat gumpalan sperma bergerak yang diaglutinasi dalam sampel semen, menghambat perjalanan sperma melalui lendir serviks, dan pengikatan dan perjalanan zonal.
Dua metode saat ini untuk mendeteksi antibodi yang terikat pada permukaan sperma motil adalah uji reaksi aglutinasi campuran (tes MAR; hanya untuk IgG) dan uji pengikatan imunobead (untuk IgA, IgG, dan IgM). Temuan positif dari > 50% sperma motil dengan manik-manik yang melekat dianggap signifikan secara klinis.
JURNAL PENELITIAN
Pada jurnal penelitian NCBI dengan penelitian pada 981 pria yang di akukan dibeberapa tempat terpisah yaitu di Departemen Obstetri dan Ginekologi, Rumah Sakit Berafiliasi Kedua Harbin, Universitas Kedokteran Harbin, Harbin, Heilongjiang, PR China, yang jurnal tersebut dipublish oleh Mei-Mei Liu dengan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki efek dari durasi tidur dan waktu tidur pada kesehatan sperma, dan mekanisme yang mungkin terlibat.
Bahan / Metode : Kami secara acak membagi 981 pria Cina yang sehat ke dalam kelompok sesuai dengan waktu tidur yang ditetapkan penelitian (A = 8-10 PM, B = setelah 10 PM, dan C = setelah tengah malam) dan durasi tidur: kelompok 1 = <6,0 jam (pendek), kelompok 2 = 7.0–8.0 jam (rata-rata), dan grup 3 => 9.0 jam (panjang). Morfologi sperma, jumlah, kelangsungan hidup, dan motilitas diperiksa sesuai dengan pola tidur. Produksi antibodi antisperm (ASA) dalam air mani pun ditentukan.
Hasil : Jumlah sperma dan tingkat
kelangsungan hidup sperma (viabilitas) lebih rendah dalam tidur pendek dibandingkan dengan orang lain dalam setiap kelompok (semua P <0,01). Jumlah yang lebih rendah dan tingkat kelangsungan hidup diamati pada waktu tidur yang berbeda, dengan perbedaan signifikan yang ditemukan antara pengukuran C1 vs A1 dan C2 vs A2 atau B2 (semua P <0,05 atau 0,01). Motilitas semen lebih rendah dalam tidur pendek dibandingkan dengan rata-rata dan panjang tidur (semua P <0,01). Ada perbedaan dalam hasil yang berhubungan dengan waktu tidur antara pengukuran C1 vs A1 atau B1 (P <0,05 atau 0,01). Selain itu, proporsi populasi untuk ASA-positif berpartisipasi dan kejadian populasi dinyatakan ASA jelas meningkat pada tidur pendek dibandingkan dengan orang lain dalam setiap kelompok (semua P <0,05).
Kesimpulan : Durasi tidur yang pendek dan panjang serta waktu tidur yang terlambat dikaitkan dengan gangguan kesehatan sperma dalam kelompok studi, sebagian melalui peningkatan produksi ASA dalam air mani.
Kita bisa menarik kesimpulan dari penelitian diatas bahwa peningkatan kadar
antibodi antisperm (ASA) dalam air mani berkolerasi dengan
Aglutinasi positif pada sperma yang jelas mengganggu pergerakan sperma sebab sperma saling menempel. Dengan demikian maka proses pengobatan Asthenozoosermia akan sedikit lambat prosesnya dan agar pengobatan bisa cepat dan maksimal, selain pemberian suplementasi untuk meningkatkan motilitas sperma, pasien dengan poa tidur yang pendek dan sering begadang, selalu kami backup dengan herbal anti-aglutinan agar pengobatan hanya cukup membutuhkan waktu 30 hari.
PENGALAMAN PENGOBATAN
Pengalaman pengobatan asthenozoospermia dengan aglutinasi positif dan istri ASA tinggi.
History pasien dengan usia pernikahan 12 tahun diagnosis pada suami asthenozoospermia dengan aglutinasi positif dan istri positif alergi sperma. Riwayat program hamil sudah pernah bayi tabung 2x namun belum rezeki dan tidak ada konsepsi, riwayat inseminasi 4x juga gagal. Alhamdulillah setelah melakukan ikhtiar program hamil di klinik holistik elif medika, atas izin Allah Subhanahu Wa Ta'ala pasien positif hamil dengan kehamilan sehat sampai proses persalinan.
Alhamdulillah tidak hanya hamil, namun kehamilannya pun sehat sampai proses persalinan. Semua atas izin Allah Subhanahu Wa Ta'ala.


History pasien pengobatan dan program hamil di klinik holistik elif Medika melakukan kunjungan ke klinik untuk terapi 1x dan konsumsi suplemen serta herbal formulasi klinik asthenozoospermia dengan aglutinasi positif suami selama 3 bulan dan backup pengobatan alergi sperma istri selama 3 bulan.
Jika Anda memiliki kasus yang sama seperti kondisi pasien kami di atas dan ingin melakukan pengobatan + program hamil di klinik holistik elif Medika, silakan menghubungi kami di kontak di bawah ini untuk memulai konsultasi dan menjadwalkan kunjungan Anda sebagai langkah awal memulai pengobatan dan program hamil.
Referensi :
1. Mortimer D. Practical Laboratory Andrology. Oxford: Oxford University Press; 1994. Antisperm Antibodies; pp. 111–25. [
Google Scholar]
2. Jarow JP, Sanzone JJ. Risk factors for male partner antisperm antibodies. J Urol. 1992;148:1805–7. [
PubMed] [
Google Scholar]
3. Department of Obstetrics and Gynecology, Second Affiliated Hospital Harbin, Harbin Medical University, Harbin, Heilongjiang, P.R. China. [
PubMed]
KONSULTASI VIA WHATSAPP
Untuk konsultasi dengan terapis kami silahkan klink tombol di bawah ini, anda akan dialihkan secara otomatis ke aplikasi whatsapp. Silahkan isi format yang muncul di kolom chat whatsapp anda. Terimakasih
TENTANG PENULIS
Yudha Nugraha, Akp, C.Herb adalah Akupunkturis, Herbalis, Penulis buku dan praktisi kesehatan holistik dari tahun 2009 dibidang infertilitas pria dan program hamil yang berpengalaman lebih dari 10 tahun. Konsultasi Infertilitas Pria via WhatsApp
💬 08970329298
Lulu Nurjannah, Amd.Keb, Akp, C.Herb adalah Bidan, Akupunkturis, Herbalis, Penulis buku dan praktisi kesehatan holistik dibidang infertilitas wanita dan program hamil yang berpengalaman lebih dari 5 tahun. Konsultasi Infertilitas Wanita via WhatsApp
💬 08970329296
Legalitas usaha, BRAND IMAGE, dan sertifikat keahlian dapat dilihat dihalaman
TENTANG KAMI